قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ, فَيَكْذِبُ لِيَضْحَكَ بِهِ اَلْقَوْمُ,وَيْلٌ لَهُ, ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ
Telah bersabda Rasulullah SAW: “Kecelakaanlah bagi orang yang menceritakan, tetapi berdusta karena hendak membuat orang-orang tertawa karena itu. Kecelakaanlah baginya ! Kecelakaanlah baginya ! (HR. Abu Dawud, Nasa’I dan Tirmidzi)
Taqdiem
Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang memerlukan apa yang namanya humor atau bercanda ataupun bergurau (kalau kata orang jawa “guyon”). Seseorang yang penat ketika harus menghadapi pekerjaan kantornya seharian, butuh sedikit waktu untuk bercanda dengan maksud sedikit merefresh pikiran agar tak selamanya jenuh. Bisa terbayang bagaimana jadinya ketika seseorang yang setiap harinya dihiasi dengan keseriusan tanpa ada sedikitpun bercanda ataupun tersenyum. Disisi lain kita juga butuh seseorang yang mampu menghibur diri kita ketika pikiran sudah merasa jenuh dengan segala hal, kita butuh seseorang yang mampu menghidupkan suasana dan yang mampu merubah suasana tegang menjadi sedikit tersenyum ataupun tertawa. Namun tetap harus sesuai dengan kondisi serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Nah, disini ternyata islam juga mengatur tentang bagaimana seseorang itu diperbolehkan untuk bercanda.
Nabi pun humoris
Nabi saw seorang uswah kita, ternyata beliau juga memiliki sifat humoris. Meskipun beliau ditugaskan oleh Allah swt untuk menyebarkan dakwah islam, namun tidak selamanya harus dengan kalimat yang serius. Itu tecermin ketika suatu waktu Nabi saw didatangi oleh seorang nenek tua seraya berkata: “Doakan aku kepada Allah swt agar memasukkan aku ke surga.”
Maka Nabi saw berkata padanya, “Wahai Ummu Fulan! Sesungguhnya surga itu tidak dimasuki orang yang sudah tua.”
Si nenek tersebut pun menangis tersedu-sedu, karena ia memahami apa adanya. Kemudian Rasulullah saw memberi pemahaman bahwa ketika dia masuk surga, tidak akan masuk surga sebagai orang yang sudah tua, tetapi semua berubah menjadi muda belia dan cantik. Beliau kemudian membacakan ayat yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.” (QS. Al-Waaqi’ah: 35-36).
Dari riwayat diatas dapat kita perhatikan bagaimana bercanda ala Nabi saw ketika menyampaikan dakwahnya tanpa ada sedikit pun ucapan bohong, karena memang seperti itu adanya ketika wanita memasuki surga. Dalam hadits yang diriwayatkan Thabrani, Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Thabrani).
Namun sangat disayangkan saat ini banyak yang mencoba untuk menghibur seseorang atau bercanda dengan menceritakan sesuatu yang dusta bahkan mencoba untuk menceritakan aib seseorang sebagai bahan gurauan. Bahkan ada seorang da’I yang menceritakan kisah dusta dengan tujuan agar para mad’unya terhibur. Naudzubillah.
Dalam hadits yang telah tercantum di awal tulisan ini (hadits tersebut dihasankan oleh tirmidzi), menjelasakan bagaimana ancaman bagi seseorang yang berbuat dusta untuk membuat orang lain tertawa.
Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz pernah ditanya tentang bagaimana hukum bercanda dengan menggunakan kalimat-kalimat yang mengandung unsur kebohongan, kefasikan dan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir ??. Maka beliau menjawab “tidak diragukan lagi bahwa bercanda dengan menggunakan kebohongan serta sesuatu yang mampu membuat seseorang menjadi kafir adalah suatu kemungkaran yang sangat besar. Maka wajib bagi kita untuk menjauhinya, karena Allah swt telah mengingatkan kita dalam ayatNya:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-taubah: 65-66).
Disisi lain sangat disayangkan juga ketika banyak para orang tua yang mencoba membohongi anak-anaknya dengan tujuan agar anak tersebut senang atau sekedar berhenti dari rasa marahnya ataupun menangis.
Dari Abdullah bin ‘Amir dia bercerita, bahwasannya Rasulullah saw pernah datang kerumah kami dan ketika itu saya masih kecil, ketika saya pergi bermain maka ibu memnaggil saya: “wahai Abdullah, kemarilah aku akan memberimu sesuatu”. Maka Rasulullah saw berkata pada ibu saya, “apa yang hendak engkau berikan padanya ??”, dia menjawab, “aku hendak memberinya kurma”. Maka Rasulullah saw bersabda: “ketahuilah, jikalau engkau tidak melakukannya (memberi kurma), maka akan ditulis atasmu suatu dosa kebohongan.” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi).
Dari penjelasan di atas, maka wajib hukumnya bagi setiap ahlul 'ilmi dan bagi para kaum muslimin dan muslimat untuk berhati-hati dalam hal tersebut. semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa yang telah kita lakukan.Wallahua'lam.
Dari penjelasan di atas, maka wajib hukumnya bagi setiap ahlul 'ilmi dan bagi para kaum muslimin dan muslimat untuk berhati-hati dalam hal tersebut. semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa yang telah kita lakukan.Wallahua'lam.
14.38
Atho' el_rahman
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.