.quickedit{display:none;}

4 Jan 2012

Bercanda koq bohong ??



قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ, فَيَكْذِبُ  لِيَضْحَكَ بِهِ اَلْقَوْمُ,وَيْلٌ لَهُ, ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ

Telah bersabda Rasulullah SAW: “Kecelakaanlah bagi orang yang menceritakan, tetapi berdusta karena hendak membuat orang-orang tertawa karena itu. Kecelakaanlah baginya ! Kecelakaanlah baginya ! (HR. Abu Dawud, Nasa’I dan Tirmidzi)


Taqdiem
   Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang memerlukan apa yang namanya humor atau bercanda ataupun bergurau (kalau kata orang jawa “guyon”). Seseorang yang penat ketika harus menghadapi pekerjaan kantornya seharian, butuh sedikit waktu untuk bercanda dengan maksud sedikit merefresh pikiran agar tak selamanya jenuh. Bisa  terbayang bagaimana jadinya ketika seseorang yang setiap harinya dihiasi dengan keseriusan tanpa ada sedikitpun bercanda ataupun tersenyum. Disisi lain kita juga butuh seseorang yang mampu menghibur diri kita ketika pikiran sudah merasa jenuh dengan segala hal, kita butuh seseorang yang mampu menghidupkan suasana dan yang mampu merubah suasana tegang menjadi sedikit tersenyum ataupun tertawa. Namun tetap harus sesuai dengan kondisi serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Nah, disini ternyata islam juga mengatur tentang bagaimana seseorang itu diperbolehkan untuk bercanda.

5 Perusak Hati


     Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib.
   Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, 'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.'

Bergaul dengan banyak kalangan
   Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.
      Dalam tataran riil, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. Allah berfirman:

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." (QS. Al-Furqan: 27-29).

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67).

"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong." (QS. Al-Ankabut: 25).

      Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat. 

STOP ASAL NGOMONG !!



وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَ الْبَصَرَ وَ الْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’: 36).


Secara umum ayat diatas menerangkan tentang larangan berbicara tanpa dilandasi dengan ilmu. Namun bukan hanya berbicara, tapi juga mengikuti dan melakukan sesuatu yang belum jelas asalnya. Lebih mudah lagi yaitu ayat ini melarang bagi setiap muslim untuk asal berbuat, asal berbicara dan juga asal vonis. Karena setiap apa yang kita lakukan itu akan dimintai tanggung jawabnya.
Qatadah mengatakan dalam kitab Ibnu Katsir “janganlah kamu mengatakan ‘aku melihat’ padahal kamu tidak melihat. Atau ‘aku mendengar’ padahal kamu tidak mendengar. Atau ‘aku mengetahui’ padahal kamu tidak tahu.
Asy-Syaukani menjelaskan lebih lanjut bahwa ayat ini menerangkan haramnya beramal tanpa ilmu dan tanpa landasan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa larangan ini juga berlaku pada orang yang suka ikut-ikutan atau memprioritaskan hasil analisis akalnya lebih dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Sudah banyak kita melihat dan juga mendengar seseorang yang kadang berfatwa (mengemukakan suatu pendapat) tanpa dilandasi dengan ilmu. Mereka mengedepankan akal mereka untuk berfatwa tentang suatu hal sehingga orang awam sendiri banyak yang terpengaruh dengan apa yang mereka katakan karena sesuai dengan logika. Ada juga yang melakukan sesuatu “amalan” yang menurut mereka baik namun ketika ditanya apa dasar dari “amalan” yang selama ini dilakukan, mereka menjawab “ini warisan nenek moyang kami” atau “kami meniru apa yang dilakukan guru kami setiap hari”

Berani Tampil Beda ??



قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk (golongan) mereka” (HR. Abu Dawud)

Kosa kata:
من : barangsiapa
تشبه : menyerupai
 بقوم: suatu kaum
فـ : maka
هو : dia (laki-laki)
من : dari
هم : mereka


Taqdiem
Umat Islam saat ini seakan terjajah oleh adat barat, baik secara pakaian maupun perilaku bahkan ucapan. Tidak sedikit dari kawula muda yang mencoba mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang barat dengan alasan agar tidak ketinggalan mode meskipun itu harus melanggar syariat-syariat Islam. Bahkan mode tersebut sudah merambah sampai kepada para orang tua yang konon mereka juga tidak ingin kalah oleh para remaja meskipun mereka sudah udzur.

Berani tampil beda
Islam adalah agama yang syumul (mencakup semua/universal) yang juga mengatur kehidupan setiap muslim mulai dari yang terkecil seperti tata cara buang air sampai yang terbesar semisal jihad fi sabilillah. Islam juga memiliki Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman bagi setiap muslim sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah berkhutbah ketika haji wada’.

"يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةِ نَبِيِّهِ" .
“Wahai sekalian manusia, sungguh telah aku tinggalkan kepada kalian yang jika kalian berpegang teguh kepadanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah NabiNya”. (HR. Baihaqi)
Konteks hadits yang tertulis di awal menjelaskan bahwa menyerupai Ahli Kitab secara mutlak yang mengakibatkan kekafiran, atau menyerupai mereka dalam kadar/aspek tertentu, kekafirannya, tren atau karakter, maka hukumnya disesuaikan dengan hal itu. Yang jelas, hadits tentang tasyabbuh (penyerupaan) ini menuntut pengharaman menyerupai mereka di segala segi. Adapun maksud dari tasyabbuh (penyerupaan) di sini adalah umum, mencakup (orang yang berbuat sesuatu) karena ada orang lain melakukan perbuatan itu juga dan (orang yang meniru orang lain) dalam suatu perbuatan dengan tujuan memperoleh perhatian dari orang yang ditiru.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger