Yah itulah judul yang ingin penulis angkat dalam tulisannya kali ini.
Terkadang penulis berpikir apa sih makna kehidupan ??
Mungkin satu kata yang cocok yaitu perubahan (dengan tetap menganggap adz-dzriyat 56 sebagai landasan utama).
Dalam kehidupan perlu ada yang namanya perubahan karena perubahan adalah sebuah keniscayaan kehidupan.Tak hanya manusia, semua makhluk hidup juga pasti mengalami dan bakal melakukan perubahan karena begitulah kehidupan. terlepas perubahan itu menuju kedalam keburukan ataupun kebaikan intinya hidup ini perlu perubahan. Disadari ataupun tidak kita telah mengalami apa yang namanya perubahan, baik perubahan dalam bentuk fisik, mental maupun sifat. Ingat mungkin ketika kita masih bayi yang dahulu setiap orang ingin mencium, memeluk bahkan menggendong kita yang ketika itu masih berinisial "bayi", namun saat ini masih adakah orang yang ingin melakukan sama persis apa yang dilakukan ketika masih bayi kepada kita sekarang ini (diharapkan pembaca berumur 17+)?? (bagi yang ngomong iya perlu dipertanyakan). Yang dahulunya memiliki kulit halus ibarat body mobil ferrari, sekarang udah kayak aspal panas (afwan kalo tersinggung).
Sekarang coba kita tenggok teman2 kita, apakah dari tahun ketahun dia mengalami perubahan ataukah dia tetap seperti tahun sebelumnya baik secara sifat maupun bentuk fisik ?? secara fisik mungkin teman kita yang dahulunya tak memiliki jerawat, sekarang udah numpuk kayak sampah bantar gebang. Ato masih banyak yang lain lagi untuk kita uraikan disini. Maupun secara sifat, teman kita yang dahulu kita kenal sebgai cowok yang anti pacaran, sekarang tiba2 sebagai seorang pencinta maupun pemuja lawan jenis. Yang dahulu dia selalu menulis dalam facebooknya "no woman no cry", namun sekarang yang memenuhi facebooknya hanyalah tentang wanita, wanita dan wanita "air kobokan itu memang keruh, namun tidak cinta q padamu. Jangan pernah kau ragukan cinta q padamu, dalamnya laut hindia bisa diukur namun tidak cinta q padamu, wis poko'e aku padamu" preeeettttttttt. Atau malah justru sebaliknya, yang dahulunya dikenal playboy kelas kakap sekarang sudah berubah menjadi takmir masjid (alhamdulillah), tapi juga tak bisa dipungkiri bahwa ada saja yang masih adem ayem ato tak berubah dalam sifatnya.
Bagi kaum hawa mungkin yang dahulunya dikenal jilbaber ketika di pesantren (gak tau taat peraturan, ato emang dari sononye), sekarang yang digunakan hanya sehelai kain entah sebagai penutup kepala atau hanya sekedar pelindung kepala dari panas matahari atau malah menggunakan "jilbab" namun ujungnya dengan sekuat tenaga harus diikat di leher seolah-olah hanya untuk menutup kepala dan leher (itu perubahan atau emang sifatnya yang seperti itu y ??naudzubillah). Dahulunya ketika masih berstatus santri dia yang dijadikan sebagai panutan para santri yang setiap harinya bergelut dengan al-qur'an dan masjid, namun ketika label "santri" itu lepas maka lepas pula sifat itu, sekarang lebih banyak bergelut dengan khamr wanita DKK.
Bagi kaum hawa mungkin yang dahulunya dikenal jilbaber ketika di pesantren (gak tau taat peraturan, ato emang dari sononye), sekarang yang digunakan hanya sehelai kain entah sebagai penutup kepala atau hanya sekedar pelindung kepala dari panas matahari atau malah menggunakan "jilbab" namun ujungnya dengan sekuat tenaga harus diikat di leher seolah-olah hanya untuk menutup kepala dan leher (itu perubahan atau emang sifatnya yang seperti itu y ??naudzubillah). Dahulunya ketika masih berstatus santri dia yang dijadikan sebagai panutan para santri yang setiap harinya bergelut dengan al-qur'an dan masjid, namun ketika label "santri" itu lepas maka lepas pula sifat itu, sekarang lebih banyak bergelut dengan khamr wanita DKK.
Penulis pun teringat salah satu temannya yang dahulu pernah berkata dengan mulut manisnya dan bahasa alaynya "makacih yuua dah ingetin qyu, qyu janjhi dech gag akand pacarand", ah itu mah omongan 2 tahun lalu, ckckckc. . .
Pertanyaan sekrang dimana letak pengaruh ilmu agama yang dahulu ia pelajari ?? ” aku Cuma seneng ma ustadznya aja koq, bukan pelajarannya", "ah itu dulu koq, sekarang aku belajar umum, jadi dah lupa tuh". Entah berapa banyak alasan yang mereka utarakan untuk menghindari partanyaan itu, itu baru jawaban dengan level yang "easy", entah gimana level "normal"nya. "ya kalian kan enak nerusin kuliah di jurusan agama, jadi masih ada pengaruhnya gitu, lha aku kuliah dijurusan umum gak cocokkan kalau nerapin ilmu agama disini" ataupun gengsi mau nerapin ilmu agama disini. Itu yang kuliah di fakultas "keumuman" atau "kebebasan", namun ada juga yang masih meneruskan di fakultas yang masih mempelajari agama namun tidak berbeda dengan dengan yang mengambil jurusan umum. Kalau kita cermati kalimat2 diatas akan timbul suatu pertanyaan "kita yang menyesuaikan diri dengan lingkungan ataupun lingkungan yang menyesuaikan diri dengan kita ??", kenapa harus malu menjadi putih diantara hitam ??.
Sering penulis dengar bahwa "MAHASISWA" adalah seorang pribadi yang memiliki intelektual dan pendirian yang kuat, tapi nyatanya ?? dimana letak semua itu ??
Sebuah renungan bagi kita semua yang notabene memiliki status "ALUMNI PONDOK PESANTREN"..
Tidak semua tulisan disukai oleh pembaca, selalu ada pro dan kontra. Maaf kepada pembaca jikalau mungkin tersinggung, disinggung ataupun menyinggung..
wa'allahu a'lam..
sana'a, 15:35.
13.58
Atho' el_rahman

0 komentar:
Posting Komentar
silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.